Apa hal pertama yang terlintas di pikiran ketika membicarakan rumah sakit yang berkualitas? Mungkin senyum ramah perawat, dokter yang sabar menjelaskan, atau lobi yang bersih dan harum. Semua itu memang penting.

Tapi, pernahkah Anda bertanya-tanya, apa yang menjadi ‘mesin penggerak’ di balik semua itu? Apa yang membuat ratusan bahkan ribuan orang di sebuah rumah sakit dapat bekerja selaras demi satu tujuan: kesembuhan pasien?

Di sinilah letak intinya: Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS). Meski terdengar formal dan birokratis, ini sebenarnya adalah ‘dapur’ tempat resep pelayanan prima disiapkan.

Mari kita telusuri bersama!

Menyamakan Persepsi: Apa Itu Rumah Sakit?

Sebelum membahas kepemimpinan lebih jauh, mari kita samakan dulu pemahaman. Berdasarkan regulasi, rumah sakit didefinisikan sebagai Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan individu secara menyeluruh melalui layanan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan/atau paliatif, dengan menyediakan layanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Layanan ini termasuk laboratorium, radiologi, serta pelayanan lainnya.

Lengkap, bukan? Dari promosi kesehatan hingga pemulihan.

Di tempat Anda, bagian mana yang sering menjadi perhatian pasien? Apakah UGD? Atau keramahan staf pendaftaran? Bagikan di kolom komentar, menarik jika kita saling berbagi cerita.

Seperti Kapal Tanpa Nakhoda, Tak Mungkin Berlayar

Rumah sakit bisa diibaratkan seperti kapal pesiar besar. Ada pemilik kapal, nakhoda, kepala mesin, kepala dapur, hingga petugas kebersihan. Jika mereka tidak bekerja sama dan berjalan sendiri-sendiri, kapal bisa-bisa hanya berputar di tempat atau malah menabrak karang. Inilah pentingnya peran kepemimpinan.

Untuk memberikan pelayanan terbaik, rumah sakit harus memiliki kepemimpinan yang efektif. Kepemimpinan yang efektif tercipta dari sinergi positif antara Pemilik Rumah Sakit/Perwakilan Pemilik/Dewan Pengawas, Direktur Utama/Direktur/Kepala Rumah Sakit, serta pimpinan organisasi rumah sakit lainnya dan kepala unit pelayanan. Mereka bekerja secara kolaboratif untuk mengoperasikan rumah sakit demi mencapai visi dan misi bersama. Mereka juga bertanggung jawab atas mutu layanan, keselamatan pasien, pengelolaan kontrak, dan sumber daya. Seluruh pemangku kepentingan—dari pemilik hingga unit fungsional—memiliki peran dan tanggung jawab masing-masing sesuai regulasi.

Menyatukan berbagai kepala adalah sebuah seni, bukan? Apa tantangan terbesar di tempat Anda? Mungkin perbedaan visi antara pemilik dan direksi, atau komunikasi yang tidak lancar antar kepala unit? Cerita sedikit, yuk!

Checklist Penting TKRS: 12 Fokus Utama

Supaya kepemimpinan ini tidak menjadi konsep abstrak, standar akreditasi memberikan panduan berupa 12 poin penting yang perlu diperhatikan. Gunakan daftar ini sebagai cermin untuk organisasi Anda.

Fokus TKRS mencakup:
a. Representasi Pemilik/Dewan Pengawas
b. Akuntabilitas Direktur Rumah Sakit
c. Akuntabilitas unsur pimpinan lainnya
d. Kepemimpinan untuk mutu dan keselamatan pasien
e. Kepemimpinan terkait kontrak
f. Kepemimpinan terkait pengambilan keputusan sumber daya
g. Pengorganisasian dan akuntabilitas Komite Medik, Komite Keperawatan, dan Komite Tenaga Kesehatan Lain
h. Akuntabilitas kepala unit klinis/non-klinis
i. Etika rumah sakit
j. Kepemimpinan untuk budaya keselamatan
k. Manajemen risiko
l. Program penelitian yang melibatkan manusia

Dari daftar tersebut, mana yang sedang menjadi pekerjaan rumah di rumah sakit Anda tahun ini? Terkadang, memfokuskan perhatian pada beberapa aspek lebih efektif daripada mencoba menyelesaikan semuanya sekaligus.

Mengurai Hierarki: Siapa Bertanggung Jawab ke Siapa?

Struktur organisasi yang jelas sangat penting agar tidak terjadi saling lempar tanggung jawab. Standar telah menjelaskannya dengan gamblang:

a. Pemilik/Perwakilan Pemilik/Dewan Pengawas
b. Direktur Rumah Sakit
c. Unsur pimpinan lainnya (wakil direktur, kepala bidang/manajer jika tidak ada wakil direktur)
d. Kepala unit klinis dan non-klinis seperti Kepala IGD, Radiologi, Laboratorium, Keuangan, dll.

Struktur ini mungkin terlihat jelas di atas kertas, tetapi apakah staf di level bawah tahu kepada siapa mereka harus melapor? Sering kali masalah justru terjadi di sini. Apa pendapat Anda?

Tujuan Akhirnya Apa?

Setelah mempelajari berbagai standar teknis ini, mungkin muncul pertanyaan: “Lalu, apa hasil akhirnya?”

Jawabannya adalah pengalaman pasien.

Rumah sakit yang menerapkan tata kelola yang baik akan menunjukkan kualitas layanan melalui keramahan staf, budaya kerja 5R (rapi, resik, rawat, rajin, ringkas), serta pelayanan yang fokus pada mutu dan keselamatan pasien.

Dari Dokumen ke Budaya: TKRS Sebagai Kebiasaan

Pada akhirnya, TKRS bukan sekadar dokumen untuk keperluan akreditasi. Ini tentang bagaimana aturan di atas kertas berubah menjadi kebiasaan yang lahir dari hati setiap staf. Saat kepemimpinan berjalan efektif, keramahan, kebersihan, dan perhatian terhadap keselamatan pasien akan tumbuh secara alami, tanpa paksaan.

Sekarang Anda sudah punya gambaran ‘dapur’ rumah sakit, kan?

Yuk, bagikan tulisan ini ke rekan-rekan Anda. Mari kita bersama-sama menjadikan rumah sakit kita tempat yang tidak hanya menyembuhkan, tetapi juga ramah dan manusiawi.

Karena rumah sakit yang hebat dibangun dan dijalankan bersama, bukan sendirian atau asal-asalan.